Maraknya Seks Bebas di Kalangan Remaja
(SD,SMP,SLTA,Mahasiswa dan Masyarakat)
Pergaulan Bebas (Seks bebas), sudah menjadi hal ‘biasa’ di kalangan
pelajar apalagi mahasiswa bahkan masyarakat mulai
kelas bawah sampai kelas atas. Baik atas dasar cinta ataupun motif
ekonomi. Mengenai hal ini, saya sering berhadapan
dengan warga masyarakat baik lingkungan umum maupun di lingkungan pendidikan,Instansi
Pemerintah/swasta permasalahan anak-anak,remaja,dan masyarakat bahkan dalam
beberapa kesempatan saya sering ngobrol dengan teman atau warga terutama yang
dekat dengan fenomena ini, terutamanya lagi yang terjadi di kalangan pelajar
(siswa SD,SMP, SMA dan
setingkatnya).
Beberapa informan yang
saya temui menurut penuturannya,
kebanyakan ada beberapa siswa-siswi yang di DO (drop out) atau dikeluarkan dari
sekolahnya karena menghamili dan hamil
diluar nikah atau ada juga yang bahkan terbukti melacurkan diri ke lelaki hidung belang dan itupun ada
pasar lokalnya.
Bahkan yang saya temui
baik behadapan langsung dengan pelaku maupun dari informan, pergaulan bebas
sudah marak bahkan menjadi hal yang biasa baik ditingkat anak-anak SD sampai
masyarakat umum. Yang mengejutkan saya ketika saya menangani anak siswa tingkat
SD dan SMP mereka dengan polosnya menceritakan hal yang dialami (Pergaulan
bebas/Sek bebas/Sex Sebelum menikah), kebanyakan mereka dipengaruhi oleh
beberapa faktor misalnya pergaulan, lingkungan, keluarga yang kurang harmonis,
lingkungan masyarakat yang kurang mendukung serta banyaknya contoh kejadian
kejadian negatif.
Kenakalan
Pelajar
Kenakalan pelajar adalah suatu sikap atau
perilaku pada seorang pelajar yang hanya ingin mencari perhatian saja dari
teman-temannya dan para guru dengan cara berbuat keonaran atau berbuat
kerusuhan baik di dalam kelas maupun diluar kelas tanpa menghiraukan akibat
dari perbuatannya itu mengganggu orang lain atau tidak.
Kenakalan para pelajar kebanyakan disebabkan
karena kurangnya perhatian dari orang tua, pengaruh lingkngan yang tidak baik
dan pergaulan yang dapat menyebabkan pelajar menjadi brutal serta susah untuk
diatur. Akan tetapi kenakalan para pelajar dapat diatasi dengan cara memberikan
perhatian-perhatian khusus, memberikan bimbingan dan pengarahan serta dengan
cara memberikan pendidikan, agar anak itu dapat berperilaku lebih baik.
Penyebab terjadinya kenakalan para pelajar adalah :
v Kurangnya perhatian dari orang tua
v Broken home
v Pergaulan
v Kurangnya pendekatan diri pada ilmu
agama
v Meniru perilaku
orang-orang yang melakukan penyimpangan
Kenakalan remaja itu bisa
didefinisikan sebagai perilaku menyimpang atau tingkah laku yang tidak dapat
diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal. (Kartono, 2003).
kenakalan remaja merupakan suatu tindakan menyimpang/tidak dapat
diterima sosial.yang jadi pertanyaannya: kenapa
remaja melakukan pemberontakan?
Ada 3 hal yang
berperan penting dalam hal ini, yaitu:
v Keluarga
Pengaruh
dari lingkungan.
Kebanyakan ketika
pelajar ketahuan berbuat asusila baik itu terbukti berbuat mesum, sex bebas, narkoba, bahkan hamil di
luar nikah, terbukti melakukan seks diluar nikah melalui foto atau video amatir,
bahkan tindakan ‘umum’ yang selama ini
dilakukan khususnya oleh pihak sekolah adalah menghukum siswi atau siswa yang
bersangkutan dengan mengeluarkannya atau men D.O nya dari sekolah. Melanggar
aturan sekolah dan mencemarkan nama baik sekolah, kira-kira seperti itu
alasannya.
Dan yang menjadi
pertanayaan adalah bagaimana nasib siswa/siswi setelah dikeluarkan dari lembaga sekolah apakah dengan mengeluarkannya siswa/siswi itu
adalah sebuah solusi untuk masa depan yang bersangkutan?” jawabnya ooooo tidak,,,,,,,
Memang satu sisi pihak
sekolah, hal itu memang salah satu
sebuah solusi untuk menjadikan efek
jerah juga peringatan bagi siswa-siswi yang lainya. Namun,
bagaimana masa depan siswa/siswi akan
menjadi lebih baik setelah
dikeluarkan? Bahkan banyak dari mereka setelah
dikeluarkan malah tambah berperilaku tambah tidak baik atau menyimpang. Kalau
saya boleh mengistilahkan anak-anak itu merupakan “KORBAN” butuh penanganan
khusus,,,,itulah yang seharusnya menjadi pertimbangan,
kajian dan bahasan yang harus disikapi lebih lanjut khususnya bagi institusi
pendidikan bernama sekolah. Bahwa, mengeluarkan siswa dari sekolah dalam kasus
seperti diatas adalah bukan sebuah solusi yang tepat, tapi hanya penyikapan
yang dinilai reaksioner dan sepihak. Seharusnya, baik pihak sekolah dan
keluarga juga masyarakat memandang jauh kedepan akan effek jangka panjangnya
terutama bagi siswa/siswi/pelajar/mahasiswa.
Sederhananya, menurut saya mereka yang
terbukti atau ketahuan melakukan penyimpangan seks haruslah tetap diterima di
sekolah atau kampus, diperlakukan seperti siswa lainnya, yang berbeda secara
khusus yang bersangkutan lebih mendapatkan pembinaan dalam bidang tertentu,
misalnya mata pelajaran moral ataupun keagamaan. Selain itu, secara umum ini
masalah ini sudah seharusnya menjadi evaluasi bersama antara pihak sekolah dan
keluarga siswi/siswa yang
bersangkutan, apakah ada sistem, mekanisme atau komunikasi
yang salah selama ini dan sebagainya. Maksudnya dari sini kita memahami jika sekolah bukanlah
tempat kerja, dimana aturan layaknya kontrak yang kaku dan cenderung sepihak,
tapi sekolah adalah tempat dilangsungkannya pendidikan dan tentunya juga
pengajaran dengan proyeksi jangka panjang, bukan hanya menyangkut angka (nilai
raport) tapi juga moral tentunya. Adalah tanggungjawab moral pihak sekolah juga
untuk menyelamatkan masa depan siswanya yang berperilaku (seks)
menyimpang. Apalagi pendidikan berkarakter sudah menjadi
prioritas utama.
Kenakalan Remaja Terjerumus Seks Bebas
Kenakalan remaja adalah suatu tindakan negatif
yang dilakukan remaja akibat sebagian besar dipengaruhi oleh faktor salah dalam
pergaulan. Masa
remaja merupakan masa seseorang dalam kondisi pubertas aktif yang mana segala
sesuatu baginya ingin diketahuinya, oleh karena itu pada masa remaja seorang
anak perlu sekali mendapat bimbingan moral maupun spiritual. Pada masa ini mereka sangat rentan
dalam hal yang dapat mempengaruhi perilaku baik ataupun buruk. Contoh perilaku
buruk yang dapat menghinggapi jiwa seorang remaja adalah keinginan untuk
mencoba merasakan minuman keras, narkoba, bahkan berhubungan seks. Terutama berhubungan seks, hal ini
sangat diharamkan bagi remaja kita untuk mengenalnya, hubungan seks yang
dilakukan remaja sebelum umur dewasa akan merusak moralitas. Hubungan seks tidaklah pantas
dilakukan seorang remaja, hanya mereka yang telah dewasa yang diizinkan
melakukannya, itupun bagi mereka yang telah terikat dalam hubungan yang sah.
Berhubungan seks bukan sekedar melampiaskan kenikmatan, namun ada tanggung jawab yang besar di dalamnya dan siapapun yang melakukannya harus siap menghadapi apapun resikonya, itulah sebabnya hubungan seks hanya boleh dilakukan mereka orang - orang yang telah dewasa dan bukan seperti seorang remaja yang masih ingusan.
Remaja
adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai
dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai
kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering
dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan
yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak
menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
Generasi
muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat
yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya
memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain;
minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV.
Sekarang
ini zaman globalisasi, Remaja harus
diselamatkan dari pengaruh globalisasi Karena globalisasi ini ibaratnya
kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing
yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Pada
saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para
remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai
pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa
memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak
awal masa remaja.
Pacar bagi mereka, merupakan salah satu
bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi
informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang
lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.
Oleh
karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang
idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan
sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi
kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran
sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam
memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang,
seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin
ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar
mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran
dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi
lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak
salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang
bermanfaat.
Penyelesaian
masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya,
ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini
hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan
kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah
pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya
komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi
sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua
arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan
masalahnya kepada orangtua.
Dalam
menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua
hendaknya memberikan bimbingan pendidikan sek secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya
diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk
dari adanya kematangan seksual.
Orangtua
hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan
latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan
lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang
jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh
dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh
dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
Berdasarkan
penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas
tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang pendidikan.
Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau
kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius.
Pakar
seks juga specialis
Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari
tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata
berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi
pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan tingkat SD. Tingginya angka hubungan seks
pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi
saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah
aborsi saat ini banyak diantaranya dilakukan remaja.
Hal
ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan
Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia
Tenggara.Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai
gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya
kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya
anak-anak yang tidak diinginkan.
Keadaan
ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut,
apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, juga bisa meningkatkan
resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia
17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali
lipat. Sekuat-kuatnya
mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau
terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol,
tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu
terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya
tidak begitu kuat.
Saat
ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-bukan
hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi
dengan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman.
Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang
dengan orang tua sendiri.Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan
suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan sex secara vulgar. Pendidikan Kesehatan
Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ
reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit
menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa
terhindar dari percobaan melakukan seks bebas.
Dalam
keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang kurang perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.
Kini tak sedikit orang tua dengan alasan sibuk lebih senang menitipkan anaknya
di babby sitter. sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama. Acara
televisi dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu dangdut saja, saat
ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin dek-dekan jantung
para lelaki. Ditambah dengan banyaknya gambar, vidio porno yang sangat dengan mudah
diakses baik lewat internet maupun lewat maraknya hp yang tidak semestinya
difungsikan pada hal-hal ynag penting. Belum lagi tayangan film yang bikin otak
remaja teracuni dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan
majalah yang memajang gambar sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar
bupati”, alias buka paha tinggi-tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di
sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan
inovatif.
Mudah-mudah kita semua bisa memberikan contoh secara langsung dengan
berbuat, betindak yang mencerminkan budi pekerti yang tinggi dengan bahasa
pendidikan berkarakter,,,,sehingga kita tidak hanya meyalahkan
anak-anak/pelajar/mahsiswa melakukan sesuatu yang menyimpang sedangkan
orangtua/guru/wakil rakyat/pemimpin dan semuanya tidak memberikan contoh yang
tidak baik.
Referensi : dari bebagai
sumber
Lumajang,16 Pebruari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar