Oleh : Solikan,S.Pd
World Education – khan35.blogspot.com
Definisi Selingkuh
Selingkuh secara umum adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan seseorang yang tidak setia kepada pasanganya yang terjalin dalam suatu komitmen dalam masa pacaran atau sudah menikah, dengan membuat komitmen lain apakah pacaran lagi, nikah lagi ataupun sejenisnya dengan melakukan perbuatan yang melanggar nilai dan norma masyarakat maupun agama (khan35.blogspot.com).
Mengapa Melakukan Selingkuh

Ketika yang diharapkan seseorang adalah rasa nyaman (kenyamanan), munculnya harapan dari kebutuhan. Kenapa butuh, mungkin karena sebelumnya tidak mendapatkan atau kurang. Sehingga, sebanyak apapun pasangannya memberi secara materi, setampan atau secantik apapun pasangannya, namun tidak bisa memberi kenyamanan yang dia butuhkan atau dia harapkan, maka dia secara sadar maupun tidak, niat atau tidak, akan merasa tidak puas,”

Bolehkan perselingkuhan terjadi dilingkungan kita?

Sebelum jauh kita mensikapi perselingkuhan lebih baiknya kita juga mengulas balik bahkan intropeksi diri janganlah mudah untuk menngklaim bahwa orang itu salah, tidak beriman atau sebagainya. Kami bahkan perna melakukan beberapa penelitian tanpa tulisan ilmiah bahwa dalam bentuk fisik seseorang sudah ada tanda-tanda mengenai watak,sifat, perilaku dan kebiasaan dilihat dari tanda-tanda tubuh (baca tanda-tanda watak tubuh manusia), tetapi dengan adanya suatu kebijakan nilai dan aturan dilingkungan kita masing-masing yang sudah ada dan perlu di tegakkan kami yakin penyimpangan sosial dalam bentuk apapun akan bisa ditekan meskipun tidak bersih sekaligus dan kalau boleh kami katakan hal itu pasti akan terjadi dengan kapasitas permaslahan dan tingkatan yang berbeda.

Siapapun serta ajaran agama mana pun, pasti tidak ada yang membenarkan perselingkuhan dalam rumah tangga. Begitupun dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, pasti memandang negatif perselingkuhan, termasuk negara manapun, bahkan Pernikahan benar-benar dianggap sebuah media yang harus bersih dari perselingkuhan, dan kesetiaan menjadi keharusan bagi pasangan suami-istri, tak peduli berapa pun umur pernikahannya, dan bagaimanapun kondisi pernikahannya.
Akan tetapi, kenyataan di masyarakat berkata lain, betapa mudahnya perselingkuhan dalam rumah tangga terjadi di masyarakat kita. Tidak perlu jauh-jauh melihat penyimpangan itu karena hal itu bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di depan mata kita. Perselingkuhan bisa dilakukan oleh tetangga kita, kerabat kita, saudara kita, teman kita, teman kerja kita, atasan kita, guru/dosen kita,aparat pemerintah, tokoh agama, sahabat dekat kita, orang tua kita, saudara kandung kita, atau bahkan kita sendiri.

Jika kita pandang dari sudut agama, banyaknya perselingkuhan merupakan indikasi menipisnya tingkat keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, Apalagi di zaman modern sekarang ini hal berbau agama sudah tertutup hal-hal duniawi. Namun permasalahan perselingkuhan dalam rumah tangga merupakan permasalahan yang sulit dan kompleks, diperlukan sikap kehati-hatian dan berpikir yang positif serta bijak dalam mensikapi permasalahan ini.
Faktor Penyebab Perselingkuhan

Sederhananya PDRT (perselingkuhan dalam rumah tangga) berkaitan langsung dengan pasutri yang bersangkutan. Salah satu pihak pasutri yang berselingkuh pastilah dianggap sebagai pihak yang salah. Akan tetapi, tanpa bermaksud membela pihak peselingkuh tersebut, kita juga harus bisa melihat dan menilai secara objektif dan proporsional apa yang melatar belakangi dan penyebab orang tersebut melakukan perselingkuhan. Kita tak bisa memberi cap “peselingkuh” tersebut sebagai orang bejat, tidak bermoral, atau orang tak beragama. Karena realitanya, tak sedikit “peselingkuh” tersebut termasuk tipe suami/istri yang orang “baik-baik”, cukup taat beribadah, dan bukan tipe orang yang senangnya kelayapan dan senangnya hanya menghabiskan waktunya dengan melakukan berbagai bentuk penyimpangan.
Ada banyak “motivasi” dan “latar belakang” pasutri melakukan perselingkuhan, yang sebenarnya hal tersebut merupakan indikator “ketidakberesan” di dalam rumah tangga mereka, walau sekecil apa pun. Berbagai beban, tekanan, dan problem hidup yang menumpuk dan bervariasi yang dialami pasutri di dalam rumah tangga mereka merupakan faktor utama;
v masalah ekonomi,
v masalah anak,
v Masalah harga diri
v masalah keluarga besar
v masalah psikis,
v komunikasi yang buruk,
v tempat tinggal terpisah
v masalah pekerjaan,
v masalah status sosial
v masalah pendidikan yang mencolok,
v perbedaan persepsi dan idealisme
v kejenuhan,
v masalah seksual,
v dan masih banyak lagi.
Kehadiran WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain), baik yang masih single, janda/duda, ataupun sama telah menikah, memang banyak dituding sabagai biang kerok terjadinya perselingkuhan di dalam rumah tangga. Tak sedikit istri yang langsung melabrak wanita selingkuhan suaminya, ataupun suami yang langsung marah kepada pria selingkuhan istrinya, begitu mereka mengetahui perselingkuhan pasangannya. Tapi, benarkah semua “kesalahan” itu harus ditimpakan kepada para WIL atau PIL? Kalau memang rumah tangga mereka “baik-baik” saja, dan pasangan mereka pun “baik-baik” saja, kenapa sampai bisa masuk “orang ketiga” di tengah-tengah mereka?
Untuk itu kita jangan langsung melebeli PIL dan WIL itu sebagai soerang penggoda, perusak rumah tangga orang, orang salah bahkan rendahan, tak bermoral, dsb. Dan perlu kita tau tidak sedikit juga merupakan orang baik, cukup taat beribadah, berpendidikan, dan bukanlah tipe orang yang nakal. Bakan lebih dari itu janganlah kita mengira motivasi mereka hanyalah mengejar materi ataupun faktor ekonomi. Memang ada sebagaian motovasi mereka untuk itu tapi tidak sedikit pula peselingkuh, berselingkuh dengan suami atau istri orang lain yang tidak mampu/miskin. Namun mengapa mereka juga melakukan perselingkuhan itu? Bisa jadi mereka sedang mengalami krisis perhatian, kasih sayang, perlindungan,kesepian, kekosongan, butuh sandaran, dan teman berbagi bahkan bisa jadi juga mereka menaruh suka, simpati, ataukah jatuh hati.
“Perasaan cinta akan tumbuh kalau kita bisa memupuk dan merawat cinta dengan pasangan kita yang di kemas dalam kebersamaan dalam menjalin dan merajut kesetiaan, kepercayaan, kejujuran dan keterbukaan dengan ikhlas bukan karena keharusan dan keterpaksaan serta kepura-puraan”

Sanksi Bagi Pelaku Peselingkuhan
Terungkapnya kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat seperti oknum pejabat, oknum guru, Saudara, teman main,pegawai, penegak hukum, aparat pemerintah, wakil rakyat, bahkan tokoh agama yang menjadi panutan kita atau siapa pun yang kita kenal baik, mengapa pelakunnya, dari kalangan orang berpendidikan. Mengapa bisa terjadi? Selingkuh,,,,,,,,,,Secara umum, maraknya kasus pasangan yang tertangkap selingkuh, tertangkap mesum atau free seks di kalangan remaja, hal ini harus dilihat terlebih dahulu aspek-aspek yang melatar belakanginya. Dalam kasus perselingkuhan, jika dari sudut pandang prianya, memiliki kecenderungan untuk berpoligami. Ketika niat berpoligami tidak kesampaian karena terhalang berbagai persyaratan (seperti faktor agama, keluarga atau syarat lainnnya), maka pihak pria cenderung mencari jalan keluar lain guna memenuhi kebutuhan tersebut. ”Melakukan perbuatan menyimpang seperti melakukan perselingkuhan atau sek bebas,” katanya.
Sementara jika dilihat dari sudut pandang wanitanya, kecenderungan dilatar belakangi faktor ekonomi. ”Pihak perempuan melakukan perselingkuhan umumnya karena mencari kemapanan. Kadangkala mereka rela melakukan apa saja untuk mendapat kemapanan tersebut. Termasuk menggoda suami orang,” Anggapan menyebut kelas atau pengklasifikasian kasus asusila hanya menimpa kelompok tertentu, adalah anggapan yang salah. Tapi dilakukan oleh berbagai kalangan. ”Faktor itu tidak mempengaruhi apakah berasal dari kalangan pendidikan, artis, politikus, aparat penegak hukum, dari kelas bawah ataupun atas, itu bukan faktor utama. Pemicu penyimpangan seperti itu, utamanya yakni hasrat biologis, selain tentunya faktor moralitas. Orang yang moralnya baik, agamanya kuat dan lingkungan juga baik tidak akan mudah melakukan perbuatan menyimpang tersebut. Satu lagi, faktor lingkungan umumnya pelaku perselingkuhan atau penyimpangan seksual berasal dari kalangan sama. Jika sampai perselingkuhan itu terungkap, maka aturan hukum yang dipakai tergantung pada pelakunya dan bagaimana dia melakukannya.

Pergeseran Moral dan Kelabilan Psikologi
Maraknya perselingkuhan dan perbuatan mesum yang terjadi, harus diperhatikan sebagai pergeseran moral dan adanya kelabilan psikologi seseorang. Jika hal tersebut dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah, berarti tidak ada lagi rasa penghormatan terhadap pernikahan dan komitmen-komitmen yang telah disepakati sebelumnya. “Karena pada intinya, suatu rumah tangga merupakan penggabungan antara dua pribadi berbeda. Sehingga harus punya komitmen. Karenanya selingkuh dapat dipandang sebagai tidak adanya penghormatan lagi dalam berumah tangga. Pernikahan telah dianggap sebagai main-main.
Dalam sudut pandang psikologi, banyak alasan mendorong melakukan perbuatan selingkuh dan mesum. Salah satunya kebosanan, bisa menjadi suatu pembenaran untuk melakukannya. Mereka (pelaku perselingkuhan), merasakan perkawinannya yang berlangsung selama bertahun-tahun dirasa berlangsung datar dan hambar. ”Misalnya suami merasa istrinya tidak cantik lagi, atau istri yang merasa suaminya tidak gagah lagi.
Sehingga ketika terjadi kebosanan dalam kehidupan berumah tangganya, mereka mencoba ‘petualangan’ lain yang lebih ‘menantang’. Lebih jauhnya lagi, perselingkuhan dapat dilakukan secara bersamaan oleh suami istri. Sakit hati dengan pasangannya yang berselingkuh, dia melakukan aksi balas dendam dengan cara berselingkuh juga. ”Faktor lain, diawali dengan rasa iseng, akhirnya keterusan. Jadi, banyak motif yang mendorong orang untuk melakukan perbuatan mesum dengan orang yang bukan pasangan sahnya.
Sementara untuk perbuatan mesum yang dilakukan kalangan remaja yang belum menikah, lebih disebabkan faktor moralitas. Kematangan pribadi mereka tidak penuh. “Mereka hanya melihat hubungan itu untuk sekedar menyalurkan hawa nafsu. Padahal, bisa diambil sebagai proses pematangan pribadi menuju kedewasaan. Karenanya, dalam hal ini sangat diperlukan pendampingan aktif orang tua. Meski telah remaja, seorang anak tidak dilepas begitu saja, sehingga ketika sang anak melakukan hal yang menjurus pada penyimpangan, orang tua dapat mengontrolnya. Disamping itu, pendidikan perlu dipertajam lagi, terutama untuk keagamaan. “Orang tua juga perlu memberikan contoh yang baik, sehingga dapat ditiru oleh anak-anaknya.
Referensi : dari berbagai sumber
DICARI : Joko Pitoyo (poto gambar profile). Telah bertindak mengganggu pasangan yg sah, memprovokasi istri org, perselingkuhan, terindikasi melakukan perbuatan Zina dengan pasangan yg telah memiliki suami yang sah, mencoreng, merusak nama baik 2 keluarga besar,. Lokasi tempat tinggal Bekasi jawa barat, pengemudi gojek (x) Grab. No. tlp 081297642175 / 081395052865 / 083877873701. Mohon bagi teman, sahabat, keluarga yg mengenal / menemui org ini agar segera ditindak!!
BalasHapus#jokopitoyo #joko #pitoyo #grab #gojek #bekasi #tanggerang #zina #mesum #selingkuh #perselingkuhan #vcs #phonesex #videosex #potomesum #potobugil #pototelanjang #videocallmesum #videocallsex #videotelanjang #videobugil #videomesum #gambarbugil #gambartelanjang #gambarmesum #wargabekasi #provokator #081297642175 #081395052865 #083877873701